Senin, 27 April 2015

Ekosistem Pesisir di Indonesia

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme.

Ekosistem pesisir diantaranya ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove, ekosistem lamun (seagrass) dan ekosistem estuari.

1.      Ekosistem terumbu karang
Salah satu jenis ekosistem yang terdapat di dalam lautan adalah ekosistem terumbu karang. Ia merupakan masyarakat organisme yang habitatnya di dalam dasar perairan dengan bentuk batuan kapur atau CaCO3 dengan tekstur kasar dan kuat menahan gaya dari gelombang laut. Organisme yang bisa dijumpai di dalam ekosistem terumbu karang ini adalah binatang karang dengan kerangka kapur serta alga yang juga secara umum mengandung kapur. Sebagai sebuah ekosistem, terumbu karang serupa rumah. Ia merupakan tempat hidup berbagai macam organisme laut. Ekosistem yang satu ini sangat unik sebab dibentuk dari ribuan binatang dengan ukuran kecil yang dikenal dengan nama polip. Polip karang ini kemudian yang berkembang dan membentuk koloni. Polip didaulat sebagai binatang utama yang membentuk ekosistem terumbu karang. 

Ekosistem terumbu karang menjadi tumpuan masyarakat, utamanya yang bermukim di wilayah pesisir. Ekosistem ini merupakan bagian kecil dari ekosistem laut. Terumbu karang merupakan sumber kehidupan ribuan biota laut. Sedikitnya terdapat lebih dari 300 jenis karang yang tergabung dalam ekosistem ini. Dan karang tersebut dihuni oleh lebih dari 200 jenis ikan dan juga puluhan jenis molusca, spone, lamun, crustacean dan masih banyak lagi lainnya. Secara sederhana, ekosistem terumbu karang ini bisa disebut “hutan tropis” di dalam lautan. 


2.      Ekosistem mangrove
Ekosistem Mangrove adalah sebuah lingkungan dengan ciri khusus dimana lantai hutannya digenangi oleh air dimana salinitas juga fluktuasi permukaan air tersebut sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ekosistem mangrove ini sebenarnya masuk ke dalam lingkup ekosistem pantai sebab ia terletak di kawasan perbatasan laut dan juga darat. Ia terletak di wilayah pantai dan juga muara sungai. Hutan mangrove, sebagai sebuah hutan yang tumbuh di wilayah pasang dan surut akan tergenang air di masa pasang dan akan bebas dari genangan air pada saat air surut. Komunitas yang ada di dalam hutan mangrove ini sangat adaptif terhadap kadar garam air laut. Sebagai sebuah ekosistem, hutan mangrove terdiri dari beragam organisme yang juga saling berinteraksi satu sama lainnya.




3.      Ekosistem lamun (seagrass)
Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati yang hidup terendam di dalam laut beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air, beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas.

Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal juga istilah padang lamun (seagrass bed) yaitu  hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area pesisir/laut dangkal, terbentuk dari satu jenis atau lebih dengan kerapatan padat atau jarang. Lamun umumnya mem­bentuk padang lamun yang luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi per­tumbuhan­nya. Lamun hidup di perairan yang dangkal dan jernih, dengan sirkulasi air yang baik. Air yang bersirkulasi diperlukan untuk menghantarkan zat-zat hara dan oksigen, serta meng­angkut hasil metabolisme lamun ke luar daerah padang lamun.


4.      Ekosistem estuari
Ekosistem estuari adalah ekosistem perairan semi-tertutup yang memiliki badan air dengan hubungan terbuka antara perairan laut dan air tawar yang dibawa oleh sungai. Percampuran ini terjadi paling tidak setengah waktu dari setahun. Pada wilayah tersebut terjadi percampuran antara masa air laut dengan air tawar dari daratan, sehingga air menjadi payau (brackish).

Wilayah ini meliputi muara sungai dan delta-delta besar, hutan mangrove dekat estuari dan hamparan lumpur dan pasir yang luas. Wilayah ini juga dapat dikatakan sebagai wilayah yang sangat dinamis. Karena selalu terjadi proses dan perubahan baik lingkungan fisik maupun biologis. Sehingga estuari memiliki sifat yang unik akibat adanya percampuran antara massa air laut dan tawar membuat tingkat salinitas yang dimiliki dapat berubah-ubah atau memiliki fluktuasi tersendiri. Berubahnya salinitas estuari dapat dipengaruhi oleh adanya pasang surut air dan musim. Selama musim kemarau, volume air sungai yang masuk berkurang, sehingga air laut dapat masuk sampai ke daerah yang lebih tinggi atau hulu dan menyebabkan salinitas yang dimiliki wilayah estuari meningkat. Sebaliknya yang terjadi apabila pada musim penghujan air tawar yang masuk dari hulu ke wilayah estuari meningkat sehingga salinitas yang dimiliki rendah (Barus, 2002).

Adanya aliran air tawar yang terjadi terus menerus dari hulu sungai dan adanya proses gerakan air akibat arus pasang surut yang mengangkut mineral-mineral, bahan organik dan sedimen merupakan bahan dasar yang dapat menunjang produktifitas perairan di wilayah estuari yang melebihi produktifitas laut lepas dan perairan air tawar. Oleh karena itu, lingkungan wilayah estuari menjadi paling produktif.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar