Ekosistem
adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup
yang saling memengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit
biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan
lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan
anorganisme.
Ekosistem
pesisir diantaranya ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove, ekosistem lamun
(seagrass) dan ekosistem estuari.
1. Ekosistem
terumbu karang
Salah satu jenis ekosistem yang
terdapat di dalam lautan adalah ekosistem terumbu karang. Ia merupakan
masyarakat organisme yang habitatnya di dalam dasar perairan dengan bentuk
batuan kapur atau CaCO3 dengan tekstur kasar dan kuat menahan gaya
dari gelombang laut. Organisme yang bisa dijumpai di dalam ekosistem terumbu
karang ini
adalah binatang karang dengan kerangka kapur serta alga yang juga secara umum
mengandung kapur. Sebagai sebuah ekosistem, terumbu karang serupa rumah. Ia
merupakan tempat hidup berbagai macam organisme laut. Ekosistem yang satu ini
sangat unik sebab dibentuk dari ribuan binatang dengan ukuran kecil yang
dikenal dengan nama polip. Polip karang ini kemudian yang berkembang dan
membentuk koloni. Polip didaulat sebagai binatang utama yang membentuk ekosistem terumbu karang.
Ekosistem terumbu karang menjadi tumpuan masyarakat, utamanya yang bermukim di wilayah
pesisir. Ekosistem ini merupakan bagian kecil dari ekosistem laut. Terumbu
karang merupakan sumber kehidupan ribuan biota laut. Sedikitnya terdapat lebih
dari 300 jenis karang yang tergabung dalam ekosistem ini. Dan karang tersebut
dihuni oleh lebih dari 200 jenis ikan dan juga puluhan jenis molusca, spone,
lamun, crustacean dan masih banyak lagi lainnya. Secara sederhana, ekosistem
terumbu karang ini bisa disebut “hutan tropis” di dalam lautan.
2.
Ekosistem mangrove
Ekosistem Mangrove adalah sebuah lingkungan
dengan ciri khusus dimana lantai hutannya digenangi oleh air dimana salinitas
juga fluktuasi permukaan air tersebut sangat dipengaruhi oleh pasang surut air
laut. Ekosistem mangrove ini sebenarnya masuk ke dalam lingkup ekosistem pantai
sebab ia terletak di kawasan perbatasan laut dan juga darat. Ia terletak di
wilayah pantai dan juga muara sungai. Hutan mangrove, sebagai sebuah hutan yang
tumbuh di wilayah pasang dan surut akan tergenang air di masa pasang dan akan
bebas dari genangan air pada saat air surut. Komunitas yang ada di dalam hutan
mangrove ini sangat adaptif terhadap kadar garam air laut. Sebagai sebuah
ekosistem, hutan mangrove terdiri dari beragam organisme yang juga saling
berinteraksi satu sama lainnya.
3. Ekosistem
lamun (seagrass)
Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya
tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki dan memiliki rhizoma, daun, dan
akar sejati yang hidup terendam di dalam laut beradaptasi secara penuh di
perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air,
beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air
berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar,
serta berbiak dengan biji dan tunas.
Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan
maka dikenal juga istilah padang lamun (seagrass
bed) yaitu hamparan vegetasi lamun
yang menutup suatu area pesisir/laut dangkal, terbentuk dari satu jenis atau
lebih dengan kerapatan padat atau jarang. Lamun umumnya membentuk padang lamun
yang luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang
memadai bagi pertumbuhannya. Lamun hidup di perairan yang dangkal dan jernih,
dengan sirkulasi air yang baik. Air yang bersirkulasi diperlukan untuk
menghantarkan zat-zat hara dan oksigen, serta mengangkut hasil metabolisme
lamun ke luar daerah padang lamun.
4. Ekosistem
estuari
Ekosistem estuari adalah ekosistem
perairan semi-tertutup yang memiliki badan air dengan hubungan terbuka antara
perairan laut dan air tawar yang dibawa oleh sungai. Percampuran ini terjadi
paling tidak setengah waktu dari setahun. Pada wilayah tersebut terjadi
percampuran antara masa air laut dengan air tawar dari daratan, sehingga air
menjadi payau (brackish).
Wilayah ini meliputi muara sungai dan
delta-delta besar, hutan mangrove dekat estuari dan hamparan lumpur dan pasir
yang luas. Wilayah ini juga dapat dikatakan sebagai wilayah yang sangat
dinamis. Karena selalu terjadi proses dan perubahan baik lingkungan fisik
maupun biologis. Sehingga estuari memiliki sifat yang unik akibat adanya
percampuran antara massa air laut dan tawar membuat tingkat salinitas yang
dimiliki dapat berubah-ubah atau memiliki fluktuasi tersendiri. Berubahnya
salinitas estuari dapat dipengaruhi oleh adanya pasang surut air dan musim.
Selama musim kemarau, volume air sungai yang masuk berkurang, sehingga air laut
dapat masuk sampai ke daerah yang lebih tinggi atau hulu dan menyebabkan
salinitas yang dimiliki wilayah estuari meningkat. Sebaliknya yang terjadi
apabila pada musim penghujan air tawar yang masuk dari hulu ke wilayah estuari
meningkat sehingga salinitas yang dimiliki rendah (Barus, 2002).
Adanya aliran air tawar yang terjadi terus menerus
dari hulu sungai dan adanya proses gerakan air akibat arus pasang surut yang
mengangkut mineral-mineral, bahan organik dan sedimen merupakan bahan dasar
yang dapat menunjang produktifitas perairan di wilayah estuari yang melebihi
produktifitas laut lepas dan perairan air tawar. Oleh karena itu, lingkungan
wilayah estuari menjadi paling produktif.








